
Mbak gue mau ke Korea Oktober tahun ini – Novita Sari, 2016
Ini adalah salah satu kalimat paling provokatif yang pernah saya dengar selama tahun 2016. Kalimat yang membuat saya bisa nge-trip ke Korea Selatan. Saya yang bahkan paspor aja enggak punya akhirnya nekat bilang ikut. Tapi ya habis bilang ikut akhirnya kelabakan nyiapin ini itu. Dari mulai cari tiket, bikin paspor, bikin visa, cari penginapan serta beberapa drama lainnya. Walaupun ini adalah pengalaman tahun 2016 tapi semoga masih bisa memberi sedikit informasi serta sedikit tips untuk yang mau wisata ke Korea Selatan juga.
Jadi suatu hari di bulan Februari, Novi bilang kalau dia mau pergi ke Korea bulan Oktober bareng temannya Yayang. Tapi mereka berdua sudah punya tiket PP Jakarta-Malaysia saat itu. Mereka ini sudah lumayan expert pergi ke luar negeri. Soalnya sudah beberapa kali jalan ke luar negeri, Novi terutama. Gara-gara itu saya langsung impulsif sekali bilang mau ikutan. Habis ya kapan lagi ada teman buat jalan ke luar negeri. Karena teman saya yang biasa suka ngajak jalan, Titi, enggak suka jalan-jalan ke luar negeri. Jadi ini seperti kapan lagi ada kesempatan kayak gini. Untungnya Novi baik ngebolehin saya gabung. Walaupun dia ini enggak tahu saya ini kayak apa orangnya kalau lagi travelling.
Berikut ini adalah hal-hal yang saya siapkan sebelum berangkat ke Korea
Tiket Pesawat
Setelah saya setuju untuk ikutan gabung bareng pergi ke Korea, saya tanya Novi gimana booking tiket pesawat. Maklum cupu dan belum pernah ke luar negeri sama sekali. Waktu itu dia bilang buat beli tiket pas promo AirAsia kursi gratis. Tapi karena belum tahu triknya waktu lumayan susah buat saya mencari tiket ini. biasanya promo kursi gratis ada 2 kali setahun sekitaran bulan Maret – April dan bulan sekitaran bulan Oktober-November tapi kadang suka dadakan ada di bulan lain juga sih. Biar enggak ketinggalan promonya bisa ikuti sosial media AirAsia atau Newslatter mereka lewat email. Selain nungguin promo AirAsia, saya juga jadi rajin buka laman skyscanner untuk mencari perbandingan harga tiket. Tapi saya juga enggak berhasil banget sih cari tiketnya, dapet harga tiket mentok 3,8 juta pulang pergi tanpa bagasi. sudah frustasi duluan takut kalau ditunda lagi bakal lebih mahal harganya. Deg-degan mulu rasanya kalau liat harga tiket. Maklum amatir. Hahah. Masalah bagasi, kami beli bagasi 20 kg untuk bertiga dengan saya membayar urunannya 300 ribu. Jadi total pesawat 4.1 juta. Serius ini mahal untuk sekelas Airasia ke korea. Cuma karena emang dapet teman nya sekarang, akhirnya mau gak mau jalan. Istilahnya mau start dulu. Dengan harapan kedepannya kalo mau jalan ke luar negeri lagi akan lebih pinter.

Paspor dan Visa
Setelah masalah tiket selesai, sekarang masalah parpor (belum punya paspor udah beli tiket aja). Oya enaknya beli tiket Airasia itu pas beli tiketnya kita enggak perlu menyiapkan nomer paspor. Setelah tanya-tanya teman yang sudah pernah urus paspor akhirnya berangkatlah saya urus paspor yang cuma memerlukan waktu 3 hari sudah jadi. Pembahasan cara mengurus paspor dibahas dihalaman ini.
Setelah urusan paspor selesai, dilanjut mengurus visa. Baru pertama ke luar negeri banyak banget urusannya. Huft. Kalo menurut pengalaman saya, mengurus visa korea enggak terlalu ribet. Dulu urusan visa saya, Novi, dan Yayang hanya sedikit kena masalah di visa punya Yayang saja karena dia enggak punya SPT pajak jadi paspor ditahan hampir 1 minggu. Tahun 2016 bikin visa korea hanya 4 hari kerja. Mulai 2017 pengurusan visa korea menjadi 6 hari kerja. cara mengurus visa korea bisa dilihat di sini . Oya untuk informasi saja, prepare minimal 1 bulan sebelum keberangkatan untuk pengurusan visa ya, mencegah peak season.

Memesan Penginapan
Selain persiapan diatas saya juga harus booking guesthouse. Saya pakai laman booking.com untuk pencarian guesthouse yang akan kami tempati di Korea. Dari laman tersebut, kami memesan guesthouse Patio 59 di daerah hongdae yang bayar sewa permalamnya sekitar 200 ribu Rupiah saja. Lumayan murah dibanding guesthouse yang lain menurut saya. Jadi untuk total 6 malam kami membayar sekitar 1,2 juta/perorang. Sebagai informasi, waktu itu kamar yang kami pilih adalah kamar yang harusnya ditempati 4 orang. Jadi harusnya kalau diisi 4 orang harganya akan lebih murah. Selain itu ruangannya juga jadi lumayan lega karena hanya diisi 3 orang.

Menukar Uang
Hal lain yang harus dilakukan adalah penukaran uang. Karena saya dulu belum berpengalaman, akhirnya saya tukar uang di Money Changer mana saja yang dekat dengan rumah saya. Padahal kalau kita mau usaha sedikit untuk mencari Money Changer, kita akan bisa dapat yang lebih murah. Waktu itu saya tukar 1 Korea Won (KRW) setara dengan 12,3 Indonesia Rupiah, sedangkan teman saya dapat 1 Korea Won setara dengan 12,1 Indonesia Rupiah. Walaupun kelihatannya hanya berbeda 0,2 Rupiah saja, tapi kalau dikalikan dengan 5 juta Rupiah dalam perhitungan saya kira-kira kita bisa menghemat 100-200 ribu Rupiah. Bagaimana tahu Money Changer memiliki harga yang baik dalam penukaran? Bisa cek di Google maupun tanya teman yang sudah pengalaman bahkan kalau niat banget sih bisa telpon manual ke beberapa Money Changer yang di rekomendasi beberapa blog di Google. Waktu itu untuk perjalanan selama 6 hari di Korea saya menukar uang sekitar 500 ribu KRW. Sekembalinya dari Korea, saya masih mengantongi 50 ribu KRW. Mungkin ada yang tanya kenapa tidak dihabiskan saja toh kalau di tukar ke Rupiah lagi juga akan rugi, sebenarnya sih saya juga enggak kepikiran kenapa tidak dihabiskan. Tapi Alhamdulillahnya uangnya bisa dipakai lagi pas saya trip ke Korea lagi tahun 2017. Lumayan jadi menghemat sekitar 500 ribu Rupiah di tahun 2017 yang notabene saya keluar banyak sekali uang karena akan trip 2 Negara. Hihihi.
Membuat Jadwal Perjalanan
Selain itu jangan lupa membuat jadwal perjalanan termasuk di dalamnya ke tempat wisata mana saja, naik Subway Line berapa, turun di Stasiun apa dan keluar Exit berapa. Selain itu dari pengalaman pribadi, lebih baik mencatat arah jalan ke tempat wisata yang akan dituju, misal dari kalau untuk ke Gyeongbokgung Palace harus keluar di Stasiun apa Exit Berapa. Dari stasiun harus jalan luru, ke kiri atau ke kanan. Itu penting sih. Karena beberapa tempat letaknya sedikit jauh dari Stasiun, seperti Masjid Itaewon. Saya dulu mencatat arah-arah tempat wisata karena 2x ke Korea saya tidak pernah membawa memakai internet kecuali wifi di penginapan. Dulu saya berani tidak memakai internet karena di beberapa blog dikatakan kalau internet di Korea itu ada dimana saja. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Dulu selain dipenginapan, saya hanya bisa memakai wifi di Bandara Incheon dan di sekitaran tempat wisata terkenal seperti di daerah Gyeongbokgung Palace. Nama wifinya Seoul Wifi Publik. Tetapi terakhir ke Korea tahun 2017 kemaren, bahkan wifi di Bandara Incheon pun susah sekali digunakan. Jadi kalau tidak beli data internet, siap-siap saja hanya bisa internetan di penginapan.

Internet dan Aplikasi Pendukung
Ngomong-ngomong soal internet, kalau teman-teman perginya dengan banyak orang bisa dipertimbangkan menyewa modem buat bareng-bareng. Tapi sekarang katanya sudah bisa beli paket dari Indonesia untuk di pakai di Korea. Saya belum tahu apa nama paketnya. Kalau saya sudah dapat infonya akan di update segera. Kebetulan teman saya akan ada yang pergi ke Korea bulan April 2018. Untuk info juga di Korea tidak bisa memakai Google Map. Harus pakai aplikasi Naver.
Selain itu ada satu aplikasi yang sangat penting sekali kalau berkunjung ke Korea, yaitu aplikasi MetroidHD. Aplikasi ini adalah aplikasi subway korea offline. Jadi dengan memakai aplikasi ini kita bisa mengecek untuk pemakaian Subway Line dan Stasiun transit. Selain itu ketika di Korea, pengalaman dulu saya selalu mengecek wheater cast disana. Perkiraan cuacanya lumayan tepat. Jadi sekiranya hujan kita sudah bisa memperkirakan. Paling tidak untuk sedia membawa payung.

Makanan
Salah satu cara melakukan penghematan dalam perjalanan wisata ke luar negeri terutama adalah dengan membawa beberapa cadangan makanan dari rumah. Saya dulu bawa beberapa bungkus mie instan dan teman saya ada yang membawa dua plastik tempe kering dan teri kacang. Alternatif makanan ini lumayan membantu kalau kita lagi buru-buru harus mengejar waktu dari satu tempat wisata ke wisata yang lain. Apalagi untuk mencari makanan halal di Korea Selatan juga adalah hal yang lumayan susah. Biasanya kami akan membeli nasi siap saji yang banyak di jual di convinient store di Korea seperti GS25 atau Seven Eleven. Tinggal dipanaskan di Mikrowave dan makan sama tempe kering. Haha. makan ala anak kosan. Jarang sekali restoran yang menjual makanan khas Korea dan berlabel halal. Kebanyakan adalah makanan Timur Tengah. Makanan halal paling mudah ditemukan di kawasan Mesjid Itaewon, tentu saja karena di sana adalah Daerah muslim.

Sekian share persiapan apa saja yang diperlukan ketika berlibur ke Korea Selatan. Semoga bermanfaat.
2 Comments
Pingback:
Pingback: